Jakarta – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin cepat dan kini memasuki era Agentic Artificial Intelligence (A-AI), yaitu AI yang bersifat otonom. Isu ini menjadi pembahasan utama dalam Focus Group Discussion (FGD) tentang Agentic AI yang digelar di Ruang Kelas Tekadku Pengabdian Terbaik, Graha Tanoto STIK, pada Senin (25/8/2025).
Acara ini menghadirkan Iwan Gustopo Utomo, CEO PT QuDo Buana Nawakara, sebagai narasumber utama. Ia memaparkan bagaimana perkembangan AI tidak hanya berhenti pada sekadar assistance, tetapi kini telah berkembang menjadi agen cerdas yang mampu mengotomasi berbagai pekerjaan, termasuk dalam bidang kepolisian dan komunikasi publik.
Tantangan Perubahan Informasi di Era Digital
Dalam paparannya, Iwan Gustopo Utomo menegaskan bahwa hadirnya Agentic AI membawa dampak signifikan pada cara masyarakat mengakses, memverifikasi, dan menyebarkan informasi.
“Ini adalah sebuah tantangan. Ketika isu masyarakat berubah, informasi itu berganti dengan cepat, Polri harus mampu mengikutinya. Dalam waktu singkat, informasi harus diterima dengan tepat. Untuk itu diperlukan sinergi tenaga ahli agar knowledge bisa digabungkan,” jelasnya.
Menurut Iwan Gustopo Utomo, Polri tidak cukup hanya berfokus pada kuantitas informasi, melainkan harus menekankan pada kualitas serta originalitas. “Di sinilah peran AI, untuk membantu menyaring, mengelola, sekaligus memperkuat data menjadi pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan,” tambahnya.
Inovasi AI: Renjani dan Produksi Konten Otomatis
Iwan Gustopo Utomo juga memperkenalkan Renjani, sebuah influence AI yang mampu memproduksi konten secara otomatis berbasis kecerdasan buatan. Tak hanya itu, ia juga menampilkan contoh produk AI berupa karya musik yang telah ditonton lebih dari 23 ribu kali di platform digital.
Data tahun 2024 menunjukkan tren pergeseran: AI kini bukan hanya dipakai untuk konsumsi informasi, tetapi juga sebagai produsen konten. Bahkan, setiap menit terdapat lebih dari 347 ribu konten yang diproduksi. Fenomena ini membuat masyarakat yang sebelumnya hanya pembaca, kini beralih menjadi produsen informasi.
Polri dan Pemanfaatan Agentic AI
Dalam konteks kepolisian, Iwan Gustopo Utomo menyampaikan bahwa pemanfaatan Agentic AI dapat diintegrasikan dengan sistem data internal setiap satuan kerja (satker). Dengan begitu, data masing-masing anggota dapat diproses menjadi user memory, sehingga setiap interaksi dengan AI bersifat personal, relevan, dan minim bias.
“Penggunaan ChatGPT sudah ada user memory. Tantangannya, bagaimana data yang digunakan tidak statis, tapi benar-benar menjadi ilmu yang bisa diotomasi menjadi Agentic AI,” kata Iwan Gustopo Utomo.
Ia menambahkan, dalam sistem yang dikembangkan, anggota Polri dapat berdiskusi dengan tenaga ahli virtual, agen AI, hingga agen satker. Data setiap satker akan dikloning sehingga menjadi knowledge base yang bisa diakses kapan saja. Fitur ini juga mendukung pendidikan dan pelatihan anggota Polri untuk memperdalam ilmu kepolisian berbasis ekosistem digital.
Menuju Ekosistem Digital Polri
Iwan Gustopo Utomo menutup paparannya dengan menekankan pentingnya arah pengembangan ekosistem digital Polri di era AI. Menurutnya, penggunaan Agentic AI bukan hanya soal teknologi, tetapi juga strategi menjaga kualitas informasi, keaslian data, serta relevansi pengetahuan bagi kepentingan publik.
“Pertanyaannya, ekosistem digital Polri akan dibawa ke mana—apakah hanya sebagai pengguna atau sekaligus sebagai penggerak yang terlibat langsung. Di sinilah Agentic AI bisa memainkan peran strategis,” pungkasnya.
Dengan adanya FGD ini, diharapkan Polri dan para pemangku kepentingan semakin siap menghadapi era baru teknologi kecerdasan buatan yang otonom, sehingga mampu memperkuat kecepatan, akurasi, dan kualitas informasi di ruang publik.