Site icon Risalahnegeriku

Apakah Hardiknas 2 Mei 2025 Libur Nasional? Ini Penjelasannya

Logo Hardiknas 2 Mei 2025

Logo Hardiknas 2 Mei 2025

Jakarta – Pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya, masyarakat Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Beragam kegiatan seperti lomba, upacara, dan pertunjukan bertema pendidikan digelar di berbagai sekolah dan instansi. Namun, apakah Hardiknas 2025 ditetapkan sebagai hari libur nasional?

Hardiknas 2025 Libur atau Tidak?

Berdasarkan ketentuan yang berlaku, Hari Pendidikan Nasional bukan termasuk hari libur nasional. Artinya, tidak ada tanggal merah atau libur sekolah pada 2 Mei 2025.
Tanggal merah dalam kalender nasional umumnya berkaitan dengan perayaan hari keagamaan, sementara Hardiknas bersifat peringatan nasional tanpa penetapan hari libur.

Adapun daftar tanggal merah sepanjang sisa tahun 2025, berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri (Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri PAN-RB), adalah sebagai berikut:

Sejarah Penetapan Hardiknas

Penetapan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959.

Tanggal ini dipilih untuk menghormati kelahiran Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara, yang lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta.

Ki Hadjar Dewantara, yang memiliki nama lahir Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, berasal dari keluarga bangsawan Paku Alam. Ia mengenyam pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah elit yang saat itu diperuntukkan bagi anak-anak Eropa.

Meski sempat melanjutkan pendidikan kedokteran di STOVIA, Ki Hadjar harus menghentikannya karena masalah kesehatan. Ia kemudian beralih profesi menjadi wartawan di berbagai surat kabar seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda. Lewat tulisannya, Ki Hadjar sering mengkritik kebijakan pendidikan Pemerintah Hindia Belanda yang diskriminatif terhadap kaum pribumi.

Salah satu tulisannya yang paling terkenal berjudul “Seandainya Aku Seorang Belanda” (Als ik een Nederlander was), yang membuatnya diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ketiganya dikenal sebagai Tiga Serangkai.

Sepulang dari pengasingan, pada tahun 1919, Ki Hadjar mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa di Yogyakarta, sebuah lembaga pendidikan untuk rakyat pribumi. Setelah kemerdekaan, beliau diangkat sebagai Menteri Pendidikan Indonesia pertama.

Semboyan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara memperkenalkan prinsip pendidikan yang terkenal hingga kini, yaitu:

“Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.”

Arti semboyan tersebut:

  1. Ing ngarso sung tulodo – di depan memberi teladan.

  2. Ing madyo mangun karso – di tengah membangun semangat.

  3. Tut wuri handayani – di belakang memberikan dorongan dan dukungan.

Melalui semboyan ini, Ki Hadjar menekankan pentingnya keteladanan, inspirasi, dan dukungan dalam proses pendidikan. Pendidikan yang ideal adalah yang mampu membentuk anak-anak berpikir kritis, kreatif, dan siap menghadapi tantangan.

Baca Juga : Mengenal Asal-usul dan Makna Hari Buruh 1 Mei

Exit mobile version