Jokowi mengatakan di tengah ekonomi global yang saat ini tak stabil, Indonesia sebenarnya memiliki kinerja ekonomi yang baik.
Hal itu terlihat dari produk domestik bruto (PDB) yang tumbuh 5,44 persen pada kuartal II dan 5,7 persen di kuartal III 2022. Neraca perdagangan juga mengalami surplus dalam 30 bulan terakhir.
Namun, Jokowi meminta seluruh pihak untuk tetap hati-hati dan memiliki kewaspadaan terhadap apapun yang akan terjadi di masa mendatang.
“Kita semuanya harus memiliki sense of crisis, betul-betul siap atas segala kemungkinan yang terjadi, yang tanpa kita prediksi, tanpa kita hitung, semuanya kita harus siap,” imbuhnya.
Joko mengatakan strategi besar dibutuhkan untuk mengantisipasi kondisi global yang bergejolak. Strategi besar tersebut tergambar dalam APBN 2023 yang berfungsi sebagai instrumen stabilitas dalam mengendalikan inflasi.
APBN juga menjadi instrumen perlindungan sosial bagi masyarakat rentan dan harus mampu mendorong keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional. Karena itu, APBN 2023 difokuskan pada enam kebijakan.
Pertama, penguatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Kedua, akselerasi reformasi sistem perlindungan sosial. Ketiga, melanjutkan pembangunan infrastruktur prioritas, khususnya infrastruktur ekonomi pendukung ekonomi.
Keempat, pembangunan infrastruktur untuk menumbuhkan sentra-sentra ekonomi baru termasuk ibu kota negara (IKN) Nusantara. Kelima, revitalisasi industri, dan terakhir pemantapan reformasi birokrasi.
Sebelumnya, Jokowi telah berulang kali mengungkapkan ekonomi global sedang dilanda ketidakpastian, bahkan tak ada yang bisa memprediksi arah perekonomian tahun depan.
Pasalnya, berbagai ancaman datang tanpa henti mulai dari pandemi covid-19 yang belum usai dan bahkan kembali meningkat penyebarannya, hingga perang Rusia dan Ukraina yang menimbulkan berbagai krisis.
“Memang situasi global ini confirm, tidak pasti, masih tidak pasti, ruwet, complicated, sulit dihitung, sulit diprediksi. Enggak ada yang bisa menghitung, memprediksi berada di angka berapa,” tutur Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di JCC Senayan, Rabu (30/11).
Tak hanya perekonomian, harga minyak tahun depan pun tak ada yang bisa memprediksi. Jokowi bahkan sudah menemui dan bertanya pada produsen minyak besar, tapi tidak ada yang bisa menjawab mengenai harga minyak di 2023.
“Saya tanya produsen-produsen minyak yang gede-gede, (mereka) enggak bisa memprediksi dan akan di-cap harga minyak. Ini akan lebih menyulitkan lagi menghitungnya seperti apa,” jelasnya.
Baca Juga: Luhut Berharap O20 Bisa Manfaatkan Peluang Ekonomi Kelautan