Site icon Risalahnegeriku

Kerja Sama dengan Swiss Bukti Sawit RI Diterima di Eropa

Jakarta – Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan kerjasama perdagangan Indonesia dengan Swiss mengirimkan pesan yang jelas kepada Uni Eropa bahwa minyak sawit Indonesia yang mereka diskriminasi dapat diterima oleh negara-negara lain di Eropa.

“Itu artinya pesan yang eksplisit dan jelas kepada publik Eropa bahwa kelapa sawit kita diterima, kelapa sawit kita diperlakukan secara baik, di mana di satu sisi yang lain di Uni Eropa mempermasalahkan,” ujarnya dalam acara sosialisasi hasil perundingan perdagangan internasional Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA), Selasa (7/12).

Jerry menjelaskan, Indonesia telah menjalin kerja sama perdagangan dengan negara-negara anggota European Free Trade Association (EFTA), yaitu Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss. EFTA juga merupakan negara Eropa yang tidak termasuk dalam Uni Eropa.

Menurutnya, keempat negara EFTA, khususnya Swiss, memang telah menerima dan menyambut baik kerjasama Indonesia-EFTA Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) salah satunya kelapa sawit, tidak seperti negara-negara Uni Eropa lainnya yang mendiskriminasi minyak sawit.

“Uni Eropa men-treat discriminately, tetapi EFTA, Islandia, Liechtenstein, Norwegia, dan Swiss, empat negara itu justru menerima kami dan menyambut baik kerjasama IE-CEPA dan salah satu produknya itu kelapa sawit,” ujar Jerry.

Sebelumnya, Uni Eropa menerbitkan draft kebijakan berjudul “Delegated Regulation Supplementing Directive of The EU Renewable Energy Directive II”, yang menyatakan bahwa minyak sawit mentah (CPO) tidak berkelanjutan dan berisiko tinggi.

Sebelumnya, mantan Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan desain ini diterbitkan hanya untuk mencegah ekspor CPO Indonesia ke Benua Biru, sehingga tidak mengganggu perdagangan minyak nabati lainnya, termasuk rapeseed yang diproduksi oleh negara-negara dari kawasan Uni Eropa.

Darmin telah melakukan perjalanan ke Uni Eropa untuk berunding, namun negosiasi tersebut tidak berhasil, sehingga Indonesia mau tidak mau harus menempuh jalur hukum perdagangan melalui WTO.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga mengeluhkan diskriminasi terhadap kelapa sawit Indonesia oleh Uni Eropa kepada Perdana Menteri Slovenia Janes Jansa di sela-sela konferensi PBB tentang perubahan iklim COP26 2021 di Glasgow, Skotlandia (1/11).

Kepala negara menyampaikan Indonesia ingin meningkatkan kerja sama komersial dan ekonomi dengan Negara Uni Eropa. Namun, Uni Eropa masih saja melakukan diskriminasi kepada sawit dari tanah air.

“Soal kerja sama lingkungan hidup, saya menyayangkan masih ada perlakuan diskriminatif Uni Eropa terhadap sawit berkelanjutan Indonesia,” kata Jokowi dalam keterangannya.

Exit mobile version