Site icon Risalahnegeriku

Resesi Minggir! PDB Indonesia Bakal Tembus Rp21.000 Triliun

Inanegeriku – Pemerintah menargetkan kapasitas ekonomi Indonesia masih akan terus membesar pada 2023, meskipun IMF memperkirakan sepertiga dunia pada 2023 ekonominya akan mengalami resesi. Nilai produk domestik bruto (PDB) pun ditargetkan mampu menyentuh angka Rp 21.000 triliun.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, nilai PDB pada 2023 itu akan dicapai dengan upaya pemerintah mendorong geliat aktivitas ekonomi dan bisnis di Tanah Air melalui belanja negara sebesar Rp 3.061,2 triliun. Angka belanja itu sedikit lebih rendah dari realisasi belanja pada 2022 Rp 3.09,8 triliun.

“Di fiskal kita terus dorong dunia usaha supaya Rp 3.000 triliun belanja negara, tahun 2022 sudah Rp 3.000 triliun, 2023 juga sekitar Rp 3.000 triliun itu akan kita gunakan secara efisien menghasilkan PDB yang kita harapkan mencapai Rp 21.000 triliun,” ucap Suahasil dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Jumat (13/1/2023).

Berdasarkan catatan Bank Dunia terakhir Bank Dunia atau World Bank, PDB Indonesia Indonesia secara nominal sebesar US$1,19 triliun pada 2021. Besaran nominal itu sekitar Rp 17.850 triliun dengan menggunakan kurs Rp 15.000 per dolar AS.

Suahasil memperkirakan, besaran PDB Indonesia yang bisa mencapai Rp 21.000 triliun pada 2023 itu masih bisa tercapai meskipun tekanan kenaikan suku bunga acuan masih cukup besar untuk menjaga stabilitas perekonomian dari tekanan inflasi.

Tekanan kenaikan suku bunga yang terus meninggi ini pun sebetulnya telah membuat World Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia merosot. Berdasarkan Global Economic Prospects edisi Januari 2023, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global melambat pada tahun ini ke level 1,7%. Penurunannya lebih dalam dari proyeksi pertumbuhan untuk 2022 di level 2,9%.

“Pertumbuhan ekonomi global menurut tajam karena menghadapi peningkatan inflasi, suku bunga yang lebih tinggi, investasi yang berkurang, dan disrupsi yang disebabkan invasi Rusia ke Ukraina,” kata Bank Dunia.

Tapi, Suahasil menganggap kenaikan suku bunga acuan bank sentral itu tidak melulu membuat pertumbuhan akan terus tertekan. Sebab, dia menganggap tanpa adanya stabilisasi ekonomi melalui suku bunga acuan untuk menekan inflasi, pertumbuhan ekonomi juga sulit tercapai.

“Pertumbuhan yang ajek, sustain, itu pertumbuhan dalam periode stabil. Kalau tidak stabil kondisi keuangan bergerak dengan sangat volatile, maka dunia usaha bikin perencanaan aja sulit, jangan-jangan milih enggak bikin perencanaan dulu,” kata Suahasil.

Baca Juga: PLN Bangun 59 Anjungan Listrik Mandiri Dukung Ekonomi Maritim

Exit mobile version