Site icon Risalahnegeriku

Safari Mural Bhayangkara sebagai Saluran Kritik

Mabes Polri menggelar Safari Mural Bhayangkara di BSD Xtreme Park, Tangerang Selatan, 29-30 Desember 2021. Pameran ini diadakan sebagai ajang sosialisasi kepada masyarakat tentang seni mural.

Kepala Biro Multimedia Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Muharrom Riyadi, mengatakan pameran karya Safari Mural Bhayangkara merupakan kegiatan lanjutan dari Bhayangkara Mural Festival 2021 Piala Kapolri pada 4 November 2021. “Karya mereka bagus dan diakui,” ujarnya, Rabu, 29 Desember 2021.

Pameran merupakan kerja sama Polri dengan Tempo Media Group dan Sinarmas Land. Acara yang digelar untuk memberikan ruang ekspresi bagi seniman mural.

Menurut Muharrom, pameran karya seni mural ini juga instruksi Kapolri  Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mengakomodir kreativitas seniman mural. Tak hanya itu, kegiatan yang memberikan wadah kepada seniman juga ditujukan untuk mengurangi ketegangan para seniman mural dengan aparatur negara. Selama pandemi Covid-19, terdapat kesan kejar-kejaran antara seniman mural dengan Satpol Pamong Praja.

 

“Acara ini membuktikan mural tidak ada masalah. Kritikannya bagus dan perlu ada yang mengarahkan mereka. Sehingga karyanya tidak liar dari kritikan menjadi penghinaan. Kan, beda ya kritikan dengan penghinaan,” kata Muharrom.

Corporate Communication & Public Affairs Division Head Sinarmas Land, Panji Himawan, mendukung kegiatan dengan memfasilitasi box container untuk seniman mural dengan masing-masing seluas 3,5 meter x 2,4 meter untuk mengekspresikan kreativitasnya. Menurut dia pameran ini diharapkan dapat mendukung program Satu BSD sebagai wadah berbagai komunitas seperti kelompok skate board, sepatu roda, panahan, dan sepeda BMX.

“Satu BSD bergerak di bidang berdikari, ekonomi UMKM, sehat dan damai. Mural kami anggap sebagai komunitas yang bisa digandeng untuk masuk ke wadah Satu BSD ini,” kata Panji.

Keberadaan wadah komunitas, menurut Panji, nantinya akan mendukung transformasi BSD City yang berkonsep integrated smart digital city. Hal tersebut dapat terjadi, dengan infrasruktur yang tersedia, dapat mendukung secara ekosistem digital, talent, kreatif, dan riset.

Untung Budiono, salah satu peserta seniman mural, mengatakan pengalaman kritik mural yang dibuat pada 2001 di Kuningan sempat dihapus secara sepihak. Sebab, karya muralnya memuat bendera Amerika yang dianggap tidak nasionalis oleh sejumlah kalangan. Padahal, kritik yang dituangkan tentang kehidupan masyarakat Indonesia saat itu. “Karena pemahaman dan pengenalan seni mural masyarakat kita saat itu masih jauh,” katanya.

Pria yang menggeluti seni mural sejak 1995 ini mengungkapkan kritik mural di Indonesia sesungguhnya dimulai sejak 1960-an. Pergerakan perlawanan yang dilakukan oleh seniman dilakukan melalui dinding dengan pesan kritik sistem. Oleh karena itu, ia mengapresiasi kegiatan mural yang dimaksudkan untuk mewadahi seniman mural untuk menyalurkan kritik segala bentuk ketimpangan yang disampaikan secara senang, lucu, dan menyentil.

 

“Kalau mau buat mural ya bikin. Mau kritik ya tanggung jawab. Tidak usah takut. Kritik ya kritik, asalkan tidak menghina atau pembunuhan karakter secara personal,” kata Budiono.

Seniman mural lainnya, Muna Diannur, mengatakan peluang seni mural saat ini tidak hanya terbatas pada medium tembok sebagai seni jalanan saja. Meski belum merata di daerah, industri mural saat ini semakin hidup dan lingkup eksistensinya terus meluas.

Seni mural, kini dapat diimplementasikan di sejumlah tempat seperti kafe, restoran, hotel, perkantoran, rumah sakit, hingga lapangan basket dan futsal. Bahkan, kini sebagian seniman mural menjadikan karya seni muralnya sebagai penghasilan utama secara fulltime.

“Seni mural punya dampak yang besar ketika dia dihadirkan di ruang publik misalkan untuk promosi. Ini karena eksplorasi di ruang publik dengan medium visual untuk menarik perhatian orang,” kata Muna yang juga lulusan Institut Kesenian Jakarta ini.

Seniman mural sekaligus mahasiswa aktif Institut Kesenian Jakarta, Muhammad Arya Maulana, berharap kegiatan Safari Mural Bhayangkara ini dapat terus berlanjut setiap tahun. “Jadi ada kesempatan teman-teman seniman lain untuk ikut acara ini untuk menyambung komunikasi antar seniman mural,” tuturnya.

Sumber : TEMPO.CO.ID
Exit mobile version