Jakarta – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menggarisbawahi komitmen Indonesia dan Inggris untuk menerapkan ekonomi hijau dan menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, melalui program pembangunan rendah karbon.
Hal itu dibenarkan Suharso usai bertemu dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Pasifik Inggris Lord Zac Goldsmith dalam kunjungan kerja ke London, Inggris.
“Kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Inggris telah memberikan landasan yang kokoh bagi Indonesia untuk bergerak menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan melalui berbagai studi kebijakan,” kata Suharso dalam sebuah pernyataan yang diterima di Jakarta, Minggu.
Sejauh ini, studi kebijakan tentang pembangunan ekonomi hijau berkelanjutan mencakup food loss and waste, carbon tax, carbon pricing, efisiensi energi, serta keterkaitan antara keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
Kerja sama Indonesia-Inggris dalam kerangka pembangunan rendah karbon yang dimulai pada tahun 2017, kini memasuki fase transisi ke fase kedua yang akan dimulai pada 2022 hingga 2025, dengan tujuan yang lebih strategis dan dampak jangka panjang.
Pada tahun 2019, Kementerian PPN/Bappenas bekerja sama dengan konsorsium mitra penelitian dan pengembangan menghasilkan laporan berjudul“Perubahan Paradigma Menuju Perekonomian Hijau di Indonesia”.
Laporan ini berisi temuan-temuan utama mulai dari pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan yang dapat diterjemahkan ke dalam tingkat pertumbuhan PDB rata-rata 6% per tahun, hingga strategi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 43% pada tahun 2030.
Untuk itu, Kementerian PPN/Bappenas mengintegrasikan hasil tersebut ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, salah satunya menjadikan penurunan emisi gas rumah kaca sebagai indikator pembangunan ekonomi makro.
Pada tahun 2021, bekerja sama dengan UK-Foreign, Commonwealth & Development Office dan didukung New Climate Economy serta World Resources Institute, Kementerian PPN/Bappenas juga telah menyusun laporan “Ekonomi Hijau untuk Menuju Net-Zero Emissions di Masa Mendatang”.
Laporan tersebut membahas pentingnya Build Back Better, atau komitmen untuk mengatasi COVID-19, untuk ekonomi hijau dan mencapai emisi net-zero paling lambat pada tahun 2060.
“Berdasarkan laporan ekonomi hijau yang dirilis oleh Bappenas bulan ini, skenario netzero akan membawa manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan lebih lanjut, sebagai bagian dari langkah-langkah pemulihan COVID-19, juga membantu menjaga suhu global di bawah 1,5 derajat. Celcius yang juga menjadi target bersama Indonesia dan Inggris,” kata Suharso