Inanegeriku – Danareksa Research Institute (DRI) memproyeksi realisasi investasi asing ke Indonesia akan melambat pada 2023 di tengah potensi resesi global. Meski demikian, investasi terus tumbuh meski kontribusinya pada produk domestik bruto (PDB) semakin turun, terutama sejak Covid-19.
“Pertumbuhan investasi di Indonesia secara langsung memberikan dampak positif pada sektor ketenagakerjaan yang saat ini terus melanjutkan perbaikan,” kata Lead Reseracher Danareksa Research Institute, Muhammad Ikbal Iskandar Senin (31/1/2023).
Adapun harga komoditas global pada 2023 akan tetap terjaga di level tinggi, meskipun sudah menurun sejak kuartal I 2022. Danareksa Research Institute memproyeksikan harga batu bara akan berada di level US$ 240,0 USD/ per matrix ton (MT) pada tahun 2023, minyak mentah dunia US$ 92,0 per barel, gas alam US$ 6,2 per MMBTU dan CPO US$ 1.050,0 USD per MT.
Selain itu kata dia, kenaikan suku bunga mendorong capital outflow (arus modal asing keluar) di pasar keuangan Indonesia. Hal ini tercermin dari pelemahan indeks harga saham gabungan (IHSG) dan kenaikan yield (imbal hasil) obligasi pemerintah Indonesia. Tercatat hingga 31 Desember 2022 perkembangan pasar saham di Indonesia mengalami kenaikan 4,09 % secara yoy , sedangkan yield obligasi pemerintah Indonesia naik 56% secara yoy.
Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melambat di tahun 2023, tetapi dengan inflasi yang lebih terjaga. Sementara perekonomian Eropa diperkirakan tumbuh negatif di tahun 2023 karena peningkatan inflasi yang signifikan. “Inflasi di Eropa diperkirakan masih tinggi pada 2023, tetapi perkiraan tersebut akan bergantung pada perkembangan konflik Rusia-Ukraina,” kata Ikbal.
Dari sisi lain, investasi modal asing tumbuh signifikan pada 2021, tetapi kembali menurun di tahun 2022 karena adanya konflik Rusia-Ukraina. Sementara investasi global di tahun 2023 diperkirakan melanjutkan penurunan karena konflik Rusia-Ukraina. Meski demikian terjadi diversifikasi investasi ke negara non-Tiongkok sejalan zero Covid-19 policy di negara tersebut yang menghambat aktivitas manufaktur.
Di ASEAN, investasi asing pada tahun 2022 sudah kembali pulih dan melebihi level sebelum pandemi. Pertumbuhan tersebut sebagian besar disumbangkan oleh Malaysia. Pada tahun 2022, investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) Malaysia, Vietnam, dan Indonesia mencakup 90,17% dari FDI ASEAN-5. Secara rata-rata, dalam 5 tahun terakhir FDI Malaysia tumbuh sebesar 11,28% per tahun, FDI Vietnam dan Indonesia tumbuh masing-masing sebesar -5,03% dan -0,03% per tahun.
Sedangkan FDI di Indonesia didominasi sektor manufaktur, meskipun porsinya tidak sebesar di Malaysia atau Vietnam. Program hilirisasi industri yang fokus pada sektor pertanian, tambang, dan mineral diharapkan meningkatkan investasi asing di sektor manufaktur. “Green investment akan memberikan peran penting dalam pertumbuhan investasi ke depan di Indonesia yang didukung program pemerintah di berbagai sektor,” kata dia.
Baca Juga: Indonesia Siap Bekerja Sama dengan Gambia dalam Kerangka OKI