Jakarta – Pemerintah menegaskan, tujuan peningkatan produksi gas bumi nasional tidak bisa ditawar-tawar. Selain itu, potensi gas bumi Indonesia yang relatif besar akan berperan penting dalam transisi energi dimana gas juga akan membantu mengembangkan teknologi energi bersih untuk bahan bakar fosil dan mempercepat penurunan emisi.
Tutuka Ariadji, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan ketahanan energi menuju kemandirian energi nasional harus direncanakan dengan baik, tidak terlalu bergantung pada situasi dan kondisi global. Saat ini Indonesia sedang dalam masa transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi baru Energi terbarukan dan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah dikatakan sudah berada di jalur yang benar.
“Ketahanan energi harus direncanakan dengan baik, tanpa tergantung pada kondisi dunia. Saya percaya bahwa Indonesia bisa, di mana transisi energi kita adalah gas. Kami berada di jalan yang benar,” kata Tututuka, seperti yang disebutkan pada Senin (4/10) ).
Pemerintah tetap konsisten mengejar target produksi gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030. Menurut Tutukap, produksi gas terutama ditujukan untuk kebutuhan dalam negeri, namun jika kebutuhan dalam negeri tidak ada. Secara signifikan, pemerintah akan mendorong penjualan gas ke luar negeri.
“Apabila target tercapai, masih ada ruang untuk ekspor karena kebutuhan dalam negeri dan peningkatan kebutuhan gas untuk industri dan kelistrikan juga masih dapat terpenuhi,” ungkap Tutuka.
Pemerintah juga telah berjanji menyediakan energi murah dengan membangun infrastruktur, seperti pembangunan pipa Cirebon-Semarang (Cisem) sepanjang 260 km dan pipa Dumai-Sei Mangke sepanjang 360 km, yang menghubungkan Sumatera dan Jawa serta mendorong pertumbuhan industri di dalam zona tersebut.
“Pemerintah dalam hal ini Pak Menteri ESDM sangat serius dengan hal ini (pembangunan infrastruktur pipa). Kalau ini terbangun, dari Barat ke Timur bisa tersambung, demikian pula sebaliknya,” ujar Tutuka.