Inanegeriku – Curug Citambur di Cianjur, Jawa Barat sedang menjadi perhatian. Berikut asal mula nama Citambur melekat pada air terjun itu. Saat ini, ada sebuah rumah dengan view langsung menghadap air terjun itu dan dihargai sangat mahal, mencapai Rp 2,5 miliar. Air terjun itu adalah Curug Citambur. Adapun, rumah itu milik abah Jajang. Kisah abah Jajang dan rumahnya viral.
Curug Citambur yang sempat kehilangan pengunjung karena pandemi dan gempa Cianjur kini seolah menjadi ‘kembang desa’ lagi. Pengunjungnya berjubel tidak mengenal tengah pekan atau akhir pekan.
Kisah Spesial Air Terjun Curug Citambur
Curug itu rupanya memiliki kisah spesial. Warga Kampung Karawa Getok, Desa Karang Jaya, Kacamatan Pasir Kuda, Kabupaten Cianjur memiliki kisah tentang Air Terjun atau Curug Citambur.
Konon, Prabu Tanjung Sanghyang Anginan (raja), yang kini dijadikan nama Desa Pasir Angin, yang bersebelahan dengan Curug Citambur sering membersihkan diri, mandi dan bertapa di curug tersebut setiap Hari Jumat.
Dengan gagahnya, Sanghyang datang ke curug tersebut dengan menggunakan seekor kuda lengkap dengan pengikutnya yang menabuh alat musik tambur atau dalam Bahasa Sunda dinamai dog-dog.
Kecamatan itu dinamai Kecamatan Cikuda karena Sanghyang dulu sering menaiki kuda sebagai alat transportasi pada masanya. Adapun, nama Curug Citambur diberikan karena dulu para pengikut Sanghyang menabuh alat musik tambur atau dog-dog.
Namun, tidak hanya versi raja mandi di curug itu yang berkembang di masyarakat. Sebetulnya, asal-usul nama Curug Citambur ini banyak versinya.
Curug Citambur Merupakan Kawasan Kerajaan
Salah satu warga menyebut menurut kepercayaan nenek moyangnya dulu, kawasan curug tersebut berada merupakan Kerajaan Tanjung Anginan, yang rajanya bergelar Prabu Tanjung Sanghyang Anginan.
Kerajaannya berada tepat di depan pintu masuk, yang kini digunakan sebagai Kantor Desa Karang Jaya. Ada ritual unik saat Sanghyang ketika akan menuju pemandian.
Lantunan alat musik tambur kerap ditabuh para pengikutnya, sampai-sampai terdengar cukup jauh sehingga warga mendengarnya.
Dulu tidak mudah untuk sampai ke curug ini, karena harus melalui sejumlah desa dan menembus hutan.
Versi lainnya menyebutkan, bahwa air terjun ini dinamai Citambur karena air yang turun dari atas tebing mengeluarkan suara berderum mirip dengan alat musik tambur yang dimainkan dengan cara dipukul seperti kendang.
Baca Juga: WNI Pemegang E-Passport Kini Dapat Ajukan Visa Waiver Jepang Secara Online