InaNegeriku – Presiden Joko Widodo mengingatkan adanya ancaman krisis pangan dan energi di seluruh penjuru dunia. Harga pangan secara global naik hingga 50 persen.
Krisis ini terjadi akibat kondisi geopolitik yang menyebabkan terganggunya rantai pasok global.
Presiden Joko Widodo melihat sejumlah negara bahkan mengalami kesulitan, khususnya negara-negara yang mengkonsumsi gandum.
“Di negara lain (harga pangan) sudah naik 30 persen, 40 persen, 50 persen. Karena apa? Mereka yang makan gandum, baik di Asia, Afrika, Eropa, sekarang berada di posisi yang sangat sulit, sudah mahal, barangnya tak ada,” ucap Presiden Joko Widodo dalam acara zikir dan doa kebangsaan 77 tahun Indonesia merdeka di Jakarta, Senin, 1 Agustus 2022.
Dampak Krisis Global Akibat Pandemi Covid-19
Presiden Joko Widodo mengatakan negara-negara di dunia sedang melakukan pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.
Namun di saat bersamaan, tantangan lain muncul, yakni perang Rusia dan Ukraina yang berimbas terhadap tingginya harga komoditas.
Kondisi ini, kata dia, tidak diperkirakan sebelumnya. “Sakitnya belum sembuh, muncul yang namanya perang di Ukraina, sehingga semuanya menjadi bertubi-tubi menyulitkan semua negara, hampir semua negara pada posisi yang sangat sulit,” kata Presiden Joko Widodo.
Upaya Bangkit dari Krisis Global
Presiden Joko Widodo melanjutkan pemerintah berupaya menahan agar harga pangan di pasar terjangkau.
Selain pangan, pemerintah memperkuat subsidi energi untuk menjaga stabilisasi stok serta harga bahan bakar minyak (BBM).
Adapun subsidi energi yang dikucurkan pemerintah, ucap dia, cukup besar mencapai Rp 502 triliun dari sebelumnya Rp 170 triliun.
Subsidi ini dialokasikan belanja APBN yang meningkat signifikan pada tahun ini.
“Negara mana pun tidak akan kuat subsidi sebesar itu. Tapi sekarang Alhamdulilah kita masih kuat menahannya sampai sekarang ini. Ini yang patut kita syukuri bersama-sama,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo menyampaikan seluruh pihak patut bersyukur karena sampai saat ini Indonesia masih kuat memberikan subsidi kepada masyarakat sehingga harga BBM, khususnya Pertalite, masih terjangkau.
Dia pun membandingkan harga bensin di Indonesia dengan negara lain. Di Indonesia, Pertalite masih berkisar Rp 7.650 per liter. Sedangkan di negara lain sudah mencapai Rp 31-32 ribu.
Baca Juga: Vaksin Merah Putih Diharapkan Jadi Kado HUT RI ke-77
Sumber: Tempo | Editor: Hegi