Jakarta – Proyek pembangkit listrik tenaga mesin dan gas Bangkanai Stage 2 telah mencapai lebih dari 90%. PT PLN (Persero) memastikan proyek selesai tepat waktu.
Didik Mardiyanto, General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Kalbar (PLN UIP KLB), mengatakan pembangunan PLTMG Bangkanai Stage 2 masih berlangsung, meski pandemi dan akses ke lokasi cukup sulit saat musim hujan.
“PLN pun optimistis, dengan beroperasinya PLTMG Bangkanai Stage 2 ini akan meningkatkan keandalan listrik terutama di Kalimantan Tengah,” ujar Didik seperti dikutip dalam keterangan resminya, Kamis (9/12/2021).
PLTMG Bangkanai Stage 2 memiliki total kapasitas 140 megawatt (MW), terdiri dari 2 engine hall dan masing-masing dapat menghasilkan listrik dengan kapasitas 70 MW.
Pada pertengahan Oktober, rekomendasi laik sinkron (RLS) telah diterbitkan untuk keseluruhan mesin PLTMG. Sistem pembangkit itu tengah memasuki tahap pengujian. Hal itu dilakukan untuk memastikan seluruh mesinnya dapat beroperasi dengan baik dan optimal.
“Kami berharap tahap pengujian sistem saat ini berjalan lancar. Pengujian yang akan kami lakukan antara lain pengujian performa genset serta reliabilitas yang dilakukan untuk memastikan kehandalan mesin,” ujarnya.
Ditambahkan Didik, dengan keluarnya rekomendasi sinkron, pembangkit yang memiliki 16 mesin tersebut sudah dapat terhubung ke jaringan 150 kilovolt (kV) dari Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Bangkanai Muara Teweh.
“Awal Oktober lalu, pembangkit kami juga telah melalui fase backfeeding dan sinkronisasi untuk semua unit pembangkit dengan hasil yang baik. Fase ini kami lakukan untuk memastikan kehandalan sistem pembangkit sebelum fase berikutnya dilakukan,” kata Didik.
PLN UIP KLB juga bertujuan untuk menyelesaikan pembangunan jaringan interkoneksi antara sistem kelistrikan Barito di Kalimantan Tengah dan sistem Khatulistiwa di Kalimantan Barat, seperti SUTT 150 kV Pangkalan Bun-Sukarama dan Sukamara-Kendawangan.
Interkoneksi Targetkan setiap sistem kelistrikan Kalimantan dapat dihubungkan dan didukung satu sama lain. Dengan pembangkit ini mampu menopang kebutuhan daya di Kalteng sebesar 196 MW dan Kalimantan Selatan sebesar 558 MW.