Jakarta – Matahari belum terbit, namun halaman Balai Kota DKI Jakarta sudah dipenuhi ratusan warga yang mengantre dengan map cokelat di tangan. Mereka datang sejak subuh demi satu harapan: mendapatkan pekerjaan sebagai Petugas Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dengan gaji setara Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta, yakni Rp5,3 juta per bulan.
Tanpa karpet merah atau fasilitas memadai, para pencari kerja berdiri di atas trotoar dalam antrean panjang yang mengular. Pedagang minuman pun mulai berdatangan menawarkan dagangannya kepada para pelamar yang kehausan. Meski laman pendaftaran online belum aktif dan informasi prosedur belum sepenuhnya jelas, semangat para pelamar tak surut.
Di dalam map lamaran, mereka menyertakan dokumen lengkap seperti daftar riwayat hidup tulisan tangan, fotokopi ijazah, surat keterangan sehat, serta hasil tes bebas narkoba. Seluruh berkas itu bukan untuk melamar posisi di perusahaan ternama, melainkan untuk menjadi bagian dari PPSU—petugas berseragam oranye yang setiap hari membersihkan jalanan ibu kota.
Salah satu pelamar, Muhammad Ihda Rohmanu (22), lulusan SMA tahun 2020, mengaku sudah tiga bulan menganggur setelah bekerja di restoran dan gudang Shopee. Kini, ia mencoba peruntungan menjadi petugas PPSU.
“Saya dari jam tujuh pagi sudah antre. Syaratnya surat sehat, surat narkoba, sama lamaran biasa. Ramai banget,” ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/4/2025).
Cerita serupa datang dari Mario Mulyono (45), mantan pekerja pabrik yang kini beralih profesi menjadi pengemudi ojek online. Ia berharap posisi PPSU dapat menjadi jalan untuk memperbaiki kondisi ekonominya. Namun, ia mengeluhkan ketidakjelasan sistem pendaftaran.
“Disuruh ambil nomor antrean, tapi enggak dapat. Disuruh scan barcode, yang keluar malah berita. Saya dari jam sembilan pagi di sini,” katanya.
Bagi sebagian besar pelamar, posisi PPSU bukan pilihan utama, melainkan satu-satunya pilihan yang tersisa. Siti Zulfa (29), yang sebelumnya bekerja sebagai penjaga toko di Mal Kota Kasablanka, kehilangan pekerjaannya awal tahun ini. Sejak itu, ia bertahan dengan usaha kecil-kecilan.
“Sudah lima kali melamar kerja tapi belum ada panggilan. Di sini katanya enggak dibatasi usia, jadi saya coba. Datang dari jam setengah enam pagi, tapi sudah banyak yang antre duluan,” tuturnya.
Karina (36) juga mencoba melamar setelah sempat berhenti bekerja karena melahirkan. Ia mengaku sudah datang ke lokasi seleksi selama tiga hari berturut-turut.
“Usia enggak dibatasi, yang penting warga DKI. Kemarin sudah dapat tanda terima berkas,” katanya sambil menunjukkan dokumen persyaratan.
Sementara itu, Sani (33), seorang ibu rumah tangga, mengaku mengetahui informasi lowongan PPSU dari pesan berantai WhatsApp. Awalnya ia ragu, namun akhirnya memutuskan mencoba setelah mendengar langsung dari sumber terpercaya.
“Katanya hoaks, ternyata benar. Katanya juga enggak ada sistem titip-menitip tahun ini, semua bisa daftar asal lengkap. Saya percaya saja janji Pak Gubernur,” ujarnya berharap.
Baca Juga : Mantan Pemain Ungkap Praktik Kekerasan dan Eksploitasi di Balik Gemerlap Oriental Circus Indonesia